Dalam menjalankan bisnis, akan ada banyak kemungkinan yang terjadi dan dapat mempengaruhi kinerja operasional harian. Salah satunya adalah kemungkinan dalam menghadapi bencana yang tidak bisa kita dapat prediksi kapan dan di mana akan berlangsung. Saat mengalami kejadian ini, bisnis tentu harus memiliki persiapan ekstra dalam mengamankan aset-aset penting dalam infrastruktur IT mereka agar tidak raib dilahap bencana seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, dan masih banyak lagi.
Adapun persiapan yang dilakukan bisnis tentu adalah dengan mengimplementasikan praktik disaster recovery alias pemulihan bencana untuk mencegah risiko kehilangan data. Namun sayangnya, masih banyak perusahaan yang belum sepenuhnya menjalankan disaster recovery dengan baik sehingga mengalami kerugian yang cukup besar baik dari segi biaya, produktivitas, dan reputasi.
Laporan terbaru dari Dbvisit mengungkap informasi menarik terkait disaster recovery dan risiko kehilangan data yang bisa dialami bisnis.
Penyebab Bisnis Kehilangan Data dan Konsekuensinya
Bencana ditafsirkan dengan arti banyak hal. Tak melulu harus banjir, kebakaran, atau gempa bumi. Laporan menyebut, penyebab tertinggi perusahaan kehilangan data mereka adalah justru dari kegagalan hardware yang dimiliki, yakni dengan kisaran 55 persen. Adapun penyebab berikutnya berasal dari kesalahan murni karyawan yang ada di kisaran 22 persen, diikuti kegagalan software dengan 18 persen, dan terakhir bencana alam di angka 5 persen
Sementara, laporan melanjutkan ada beberapa konsekuensi yang dialami bisnis saat mereka mengalami data loss dan downtime. Di antaranya seperti berkurangnya produktivitas karyawan, penurunan revenue, adanya interupsi terhadap pengembangan produk atau layanan yang berlangsung, kehilangan kesempatan bisnis baru, dan yang paling mengkhawatirkan: penurunan loyalitas dari pelanggan bisnis.
Lebih detail, statistik laporan menyebutkan ada 96 persen pembuat keputusan di kancah global mengalami setidaknya satu kali waktu pemadaman dalam tiga tahun terakhir. Mirisnya lagi, 51 persen di antara jumlah pemadaman tersebut tak dapat terhindarkan, dan biaya rata-rata downtime yang berlangsung setiap jamnya memakan jumlah USD 300.000 atau setara dengan Rp 4,2 miliar!
Memahami Disaster Recovery untuk Bisnis Anda
Dalam menerapkan praktik disaster recovery, Anda perlu memahami dua kriteria penting saat bencana berlangsung dan mengancam ketersediaan data bisnis. Pertama adalah memastikan Recovery Time Objective (RTO) dengan mengecek jumlah waktu paling maksimal sebelum sistem bisa beroperasi lagi, dan Recovery Point Objective (RPO) memastikan jumlah kerugian data (diukur secara dari waktu yang berjalan) yang diterima selama bencana berlangsung.
Anda tentu memiliki banyak opsi melakukan disaster recovery pada database Oracle SE, untuk memastikan data bisnis tidak hilang atau rusak sama sekali. Namun perlu dicatat, sejumlah langkah yang dilakukan berikut memiliki konsekuensi masing-masing yang nantinya akan berdampak ke kinerja bisnis.
Langkah pertama yang paling cepat untuk dilakukan adalah tentunya dengan tidak melakukan apa-apa, yang mana memiliki dampak signifikan terhadap bisnis. Langkah berikutnya, Anda bisa menulis custom script, tetapi perlu diingat langkah ini justru memakan waktu, pengetahuan, dan dukungan yang cukup besar. Jika tidak berkenan, Anda bisa melakukan proses upgrade ke Oracle EE. Namun langkah ini akan menghabiskan biaya jika ada beberapa fungsi tambahan yang tidak diperlukan.
Adapun langkah selanjutnya adalah menggunakan RMAN, tool backup dan recovery yang sejatinya bukan disaster recovery tetapi memakan waktu yang banyak untuk memulihkan data. Jika langkah-langkah ini tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka ada baiknya Anda mempertimbangkan tool pihak ketiga untuk mengimplementasikan disaster recovery yang ideal. Tool pihak ketiga yang bisa digunakan tentunya adalah solusi dari Dbvisit, yakni Dbvisit Standby yang hadir dalam tiga opsi konfigurasi: on-premise, cloud, dan juga hybrid.
Keunggulan Dbvisit Standby
Dbvisit Standby kini telah dipercaya lebih dari 1.300 perusahaan di seluruh 110 negara sebagai solusi disaster recovery yang paling ideal untuk dilakukan. Adapun solusi ini menawarkan sederet keunggulan fitur sebagai berikut.
- Melakukan failover secara otomatis ke standby database Anda berdasarkan peraturan yang telah ditentukan sebelumnya.
- Melakukan role reversal yang terkontrol dan otomatis dengan zero data loss.
- Menyederhanakan pembuatan satu atau beberapa standby database dengan cepat dan efisien.
- Melakukan test disaster recovery non-destructive secara reguler.
- Mampu mereplikasi database Oracle secara cost effective dan dapat menciptakan standby database Oracle SE dan SE2.
- Dapat menciptakan temporary snapshots untuk development, test environment, application upgrade testing, DR testing, dan reporting atau data extraction.
Tak cuma keunggulan yang disebutkan di atas, Dbvisit Standby juga mampu memastikan keberlangsungan bisnis dengan mengurangi RTO dan RPO Anda secara signifikan, serta melindungi infrastruktur data penting Anda dari segala jenis bencana baik itu secara on-premise, cloud, atau hybrid.
Dapatkan Solusi Dbvisit dari CDT
Bagi bisnis di Indonesia yang ingin mencegah kerugian seperti kehilangan data akibat bencana, segera manfaatkan solusi disaster recovery dari Dbvisit Standby dengan mendapatkannya dari Central Data Technology (CDT).
Selaku mitra resmi Dbvisit, CDT telah berpengalaman membantu puluhan bisnis memanfaatkan solusi teknologi yang ideal. Melalui layanan end-to-end meliputi konsultasi dan implementasi hingga support dan maintenance, tim CDT akan menjamin kualitas layanan dan solusi terbaik bagi bisnis Anda! Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi marketing@centraldatatech.com.